Seseorang mengetuk pintu "knock-knock", begitu diktumnya bersuara, aku menilik dibalik pintu dan melihat seorang lelaki berdiri disana. Mungkin saja saat itu aku bisa mengusirnya, tapi takdir menemuiku kepada Dia(n).
Detik itu aku mulai mengenal Dian, setiap hari adalah waktu bagi kami berbagi, setiap langkah menjadikan kami akrab dan saling terikat. Satu waktu aku memastikan kesadaranku penuh, perjalanan kami ternyata menarikku untuk mendalami Dian sebagai sosok yang utuh. Ketika melihat Dian aku seperti menemukan cinta, Dian memberikan kenyamanan yang selalu aku cari, Dian memilih untuk tetap tenang ketika kepalaku berisik, Dian hadir dengan hati yang lembut dan pandangan yang teduh, dan yang pasti Dian membawaku untuk menjalani hidup yang lebih apik. Sejak saat itu, setiap hari adalah waktu bersyukur bagiku.
Layaknya orang menemukan cinta, bersama Dian segala yang kelabu berubah menjadi pancarona merah, hijau dan biru. Benar, kami sudah gugur bersamaan dengan rasa yang riuh di kesenyapan, hatiku dibuat tertawan olehnya. Aku pikir saat aku menyukai Dian, hatiku menyasar. Tapi faktanya, menurutku Dian adalah manusia paling memikat, kalau ada 1000 Dian di dunia sepertinya wanita akan berasak-asakan ingin memilikinya, tapi sayangnya Dian hanya 1 dan milikku.
Dian bukan bait pelarian ketika aku sedu, Dian lebih istimewa dari itu. Meskipun cinta selamanya bukan tentang bahagia, tapi bersama Dian aku damai dan terjaga. Hal yang aku sadari, antara aku dan Dian memang jauh tapi rasa kita ternyata erat, seperti deru dan napas yang saling bersinggungan.
••••••••••••••
Aku dan Dian saling berpandangan, cukup lama. Menyingkap embun yang mendayung kasar ke udara, penuh keyakinan. Membangun intuisi dan saling mendengarkan suara hati. Satu sama lain antara kami mengangguk bersamaan, menandakan bahwa hati kami cukup terpaut.
Saat itu Dian mengikatku, kami maju satu langkah lebih yakin dan percaya satu sama lain. Namun dalam perjalanan yang baru, satu waktu kami menemukan sebuah kenyataan. Aku menyadari, antara kami ternyata berbeda dan perbedaan itu membuat perjalanan kami terasa lebih elusif. Tentang hubunganku dan Dian, ada kalanya rasa cinta membuat kami justru saling membenci, ada saatnya kami memiliki hati yang keras seperti batu, dan ada saatnya masing-masing dari kami bebal jika diberi tahu. Tapi, selisih paham itu membuat kami belajar lebih dalam mengenal perihal cinta. Ternyata.. cinta tidak selamanya tentang seberapa besar kami berjuang, cinta tidak melulu tentang siapa yang mau mengalah, cinta bukan soal siapa yang mau menurunkan ego. Tapi cinta tentang.. Ikhlas.
Satu kata yang aku temui dalam proses pendewasaan bersama Dian adalah Ikhlas. Ketika aku dihadapkan dengan Dian, aku harus menerima apa yang dimiliki Dian dan aku harus sempurnakan kurangnya. Cinta dengan rasa yang ikhlas membuat kami bisa mencintai dengan porsi yang berbeda, hati kami pun akan selalu tergerak untuk memahami dari sudut pandang masing-masing, pikiran kami menjadi ringan jika dihadapkan pada suatu masalah dan cinta yang ikhlas mengajarkan kami kebebasan bukan dalam sebuah hubungan yang menuntut atau dituntut.
Dalam perjalanan yang lebih panjang ini, Aku dan Dian tidak pernah menyesal memiliki porsi terbesar dalam memperjuangkan. Karena akhirnya kami sadar, perihal mencintai seseorang itu harus ikhlas.
••••••••••••••
Dian's POV
Selengkapnya tentang perjalanan kami, akan kami ukir pada 26 Mei 2024, kami tunggu kehadiran kalian ya..